SERANGAN MISTERIUS
“H |
ah…hah…hah..aku..aku tidak jadi mati…” gumamnya diantara nafas yang menderu. Jantungnya masih berdetak kencang. Zha memegang dadanya untuk menenangkan dirinya. Rambutnya berantakan tertimpa angin, karet yang mengikatnya sudah copot dan jatuh ke bawah.
“Bukankah operator AirTrans ini sudah mengingatkan untuk tidak mengeluarkan anggota badan, nona?” ujar seseorang dari arah sampingnya. Nadanya dingin menyindir.
Zha membenarkan letak kacamatanya dan menoleh kearah sampingnya. Seorang pria bertekstur badan tinggi, mungkin 182 cm, berdiri diantara kursinya dan koridor AirTrans.
“Terimakasih atas pertolongan anda, tapi saya tidak butuh dan tidak mengharapkan pertolongan dari anda!” ucap Zha angkuh.
Namun pria jangkung itu hanya menaikkan bahunya saja dan berlalu meninggalkan Zha.
Zha melongo menatap punggung si pria jangkung yang semakin menjauh. Dasar pria aneh, gumamnya. Ia menyentuh kaca mobil untuk menutupnya dan mengaktifkan system APC kembali.
Zha menatap Otwatch miliknya…angka-angka digital disana menunjukkan pukul 9 pagi, apa?! 9 pagi?! AKU TERLAMBAT!!!
***
Kantor Manajer NewInNews, pusat NewWell...
“Maaf sir, tadi…jalanan macet…jadi…”
“Alasan itu lagi!!! Kau tahu kan, NewWell bukanlah kota kecil, seharusnya kamu lebih bisa mengatur jadwalmu!!”
“Maaf sir…”
“Mana..?”
“Apanya sir?”
“Apa lagi?! Artikelmu, bodoh!”
“Baik..baik sir…sebentar saya ambil dulu..”
Zha berjalan kearah sofa tempat ia meletakkan tasnya buru-buru. Ia mengambil artikel mengenai penemuan spesies baru yang diketiknya semalaman. Dan menyerahkannya pada sang bos.
Zha mundur lima langkah menatap sang bos yang mondar-mandir membaca artikel miliknya tersebut. Semoga berhasil…doanya dalan hati.
Tiba-tiba sang bos berhenti berjalan dan menatap Zha lama. Zha tidak mengerti arti tatapan bosnya tersebut. Semoga tatapan memuji…ujarnya dalam hati, berharap.
“Kemari kau,” ujar sang bos.
Zha tersenyum ragu sambil berjalan pelan-pelan.
“Bisa cepat sedikit tidak?!” bentak sang bos.
Zha bergegas berjalan mendekati sang bos.
“Apa yang kaupikirkan?” Tanya sang bos.
“Saya…saya…saya berpikir kalau artikel yang saya buat sekarang akan diterima sir …”
“Apa katamu barusan? Diterima? (Zha mengangguk takut) Jadi kau pikir setengah marmut itu bakalan merubah peradaban NewWell 1 abad ke depan?!”
Zha merasa badannya lemas kembali. Artikelnya ditolak lagi.
“Jawab!!”
“Tidak sir…”
“Jadi, kenapa kau buat juga?! Come on, kita bukan majalah kacangan seperti SkyZone ataupun ReutersLink yang menampilkan berita sampah dan sama sekali nggak bisa di percaya! Kita ini yang terbaik Zha, YANG TERBAIK!!”
“Tapi sir…”
“Kau kupecat, selama ini kau tak pernah bekerja dengan beres, pergi sana!”
“Tapi sir, saya…”
“Sudah kubilang pergi sana! Atau mau kupanggilkan Securicy-Bo?!”
“Sir saya mohon, jangan pecat saya…saya…saya sanggup memecahkan misteri empat peristiwa yang belum ada jawabannya itu sir! Saya pastikan itu!” ucap Zha penuh putus asa. Pimpinanannya menatapnya tak percaya. Oh…Come’on give me the last chance, harap Zha.
“Apa maksudmu?”
“Ng…saya akan memecahkan misteri peristiwa-peristiwa aneh yang menimpa kota kita sir…”
“Maksudmu…kasus NěwStyle Dept. Store…Dokter Frank…apartemen Miliyuner Ronald Tortoz dan…kebakaran di sekolah kedutaan?”
Zha mengangguk mantap, keringat dingin merembes ke dalam kerah bajunya. Terima..terima…harapnya dalam hati.
“Kau bercanda ya? Bahkan Fast yang kutugasi saja belum menemukan titik terangnya, bagaimana dengan wartawan gadungan sepertimu..?!” ujar Bos sambil menyebutkan nama seorang wartawan kriminal yang bekerja di sana, dan tentu saja selalu berhasil dalam tugasnya. Tak seperti Zha, yang terus-menerus gagal.
“Saya akan mengerjakannya sepenuh hati sir, dan tidak akan gagal…” ujar Zha gemetar.
“Baiklah…baiklah, daripada aku harus mendengar omong kosongmu, lebih baik buktikan saja, kalau kau berhasil, aku tak jadi memecatmu, dan kalau kau bisa lebih cepat menyelesaikan masalah ini daripada Fast, kau akan kuberi reward yang sesuai…”
“Baik sir…”
***
Zha membuka pintu apartemennya kasar. Brengsek, darimana aku akan mulai, bahkan akupun tak tahu harus bagaimana, kenapa sih si botak tua itu selalu saja menyulitkanku, lagian ReutersLink kan nggak jelek-jelek amat, apalagi rubrik Gosspot (Rubrik yang khusus membahas gosip-gosip artis) si tua itu saja yang nggak punya selera bagus. Tapi…Zha dihantui perasaan bimbang akan keputusan yang diambilnya.
“Charlotte…kamu dimana? Char…” panggil Zha. Charlotte adalah nama yang diberikannya pasa Servcy-Bo yang mom kirimkan padanya.
“Brengsek kau ya! Keluar kau cy-bo lemot!”
Namun tak ada jawaban, sama sekali tak ada jawaban. Sepertinya kesunyian memang sengaja menyapanya. Sial…sial…kemana sebenarnya cy-bo bodoh itu pergi.
Zha mengehenyakkan badannya di atas sofa tuanya. Dan…
Bruuuk…Sofa tua penuh debu itu langsung ambles, seperti tanah longsor. Badan Zha langsung menyentuh dasar sofa yang kotor dan di tempati paku-paku kecil yang tajam.
“Aduuh! Aw…!” Jerit Zha mengaduh. Paku-paku kecil itu cukup tajam untuk membuatnya kesakitan. Zha mencoba berdiri dan melepaskan paku-paku yang menempel.
“Siaaaaal!” Jeritnya melepaskan emosi.
Ia beranjak meninggalkan ruang tamu yang masih tak berbentuk akibat kejadian barusan, terbesit, betapa marahnya Charlotte jika mengetahuinya. Tapi, Zha tidak mau memikirkannya, ia segera beranjak tidur. Ya, satu-satunya tempat yang aman dan nyaman adalah tempat tidurnya. Diluar terlihat gelap, sepertinya akan turun hujan deras, tapi sekarang kan minggu-minggu terakhir musim semi…ah buat apa dipikirkan, ucapnya dalam hati.
Zha mulai tertidur dalam kekalutannya. Sayangnya mimpinya juga tak melepaskan ia dari perasaannya itu. Zha bermimpi buruk, terlihat saat dia mulai mengigau dan berkeringat dingin. Tapi Zha masih saja tidur.
***
Zha membuka matanya pelan, langit sudah gelap. Zha menutup mulutnya yang terbuka lebar karena menguap, dengan kedua telapak tangannya. Sudah malam rupanya, gumamnya pelan. Charlotte sudah pulang belum ya? lanjutnya dalam hati.
Gadis 20 tahun itu meraba meja di samping tempat tidurnya untuk mencari kacamata miliknya. Setelah memakainya ia beranjak ke dapur untuk minum. Namun langkahnya berhenti ketika ia berada diantara persimpangan ‘berbagai jalur’ -itu adalah sebuah tempat yang bisa menghubungkannya ke kamar, kamar mandi, ruang tamu, dan dapur-.
Dari arah depan apartemennya terdengar suara ribut-ribut orang banyak.
Zha membatalkan niatnya untuk minum, ia merasa penasaran dengan keributan itu. Sebenarnya apa sih yang diributkan?. Di kota NewWell itu jarang sekali lho... antar tetangga saling mengenal. Apalagi sampai ngerumpi serame ini.
Namun sesampainya di ruang tamu, ia melihat Charlotte berdiri didepan pintu antara ruang tamu dan koridor apartement yang tentu saja menghalangi jalannya.
“Ada apa sih Charlotte? Rame banget…”
“Nona Zha sudah bangun?! Mandi dulu sana!” suruh Charlotte galak. Charlotte memang diprogram untuk selalu membentak.
“Yee…aku kan nanya baik-baik!! Ya udah..ya udah aku mandi, tapi jawab dulu ada apa?”
“Ada Crackers –teroris- masuk ke lingkungan apartement kita! Nah sekarang nona Zha mandi dulu!”
Charlotte mendorong tubuh Zha menjauh dari ruang tamu, lalu memelototkan mata besinya yang mengerikan. Zha menjulurkan lidahnya kesal. Crackers?
***
Cklik!! Blitz yang dihasilkan kamera digital yang asli ketinggalan zaman kembali menyilaukan ruangan yang sempit itu.
“Nak Zha, kenapa kamu tidak membeli Camtic saja, setidaknya tidak usah memakai blitz-lah. Mata saya agak sakit setiap kali lampu blitz itu muncul..” ujar Nyonya Ven, tetangga sebelah Zha sambil berusaha menutupi matanya.
Zha berhenti menjepret, ia menatap kamera digital miliknya yang dibeli di tukang loak dengan harga yang murah.
“Gimana ya tan, langka sih kamera seperti ini, kalau saya mau, mungkin saya beli Camtic keluaran Aprodix serie A05C63, yang bisa dikecilin sampe segede cincin dan bisa jadi alat komunikator dalam jarak ± 2,5 km itu lho…tapi…ngapain, lagian siapa tahu ada yang mau beli kameraku ini dengan harga mahal… kan kamera kayak gini udah langka...” ujar Zha ringan, senyuman kecil terkembang dibibirnya yang mungil, membentuk dekokan imut di pipi lembutnya. Yang bener aja, harga kamera ini sekitar 1 Zaph 10 Sozaq 10 Pez, sedangkan Aprodix serie A05C63, 109 Zaph 5 Sozaq, Bayangkan saudara-saudara! Selisihnya saja sudah 100 kali lipat lebih! Bisa-bisa bakalan kerja rodi 2 tahun tanpa libur ataupun cuti, ujarnya dalam hati, kalau keras-keras nanti kedengaran, kan malu!.
“Oya tan, balik lagi, apa kata polisi setelah memeriksa apartement tante ini?”
“Tante juga bingung, tante sempat bertanya pada beberapa Policy-Bo, mereka bilang ini fenomena yang sama yang terjadi pada empat kasus-tak-terjawab. Namun kepala pemimpinnya bilang kalau ini ulah Crackers yang mau mengacau” ujar Nyonya Ven menceritakan sesuai dengan apa yang didengarnya kemarin sore.
“Lalu menurut tante sendiri, lebih cenderung kemana?”
“Saya nggak tahu harus bicara gimana, karena semua itu terjadi tiba-tiba. Ceritanya ketika saya sedang menyiapkan makan malam keluarga di dapur, tiba-tiba saya mendengar ledakan, saya kira tetangga sebelah, ketika saya hendak membangunkan anak-anak saya, barulah saya terkejut, apartement saya sudah tinggal separuh, anak-anak saya selamat tapi ya itu…saya jadi trauma…” urai Nyonya Ven gemetar, seperti menceritakan kejadian paling menakutkan di dunia.
“Suami saya yang baru pulang bergegas membawa kami ke rumah ibunya di lantai bawah, dan menelpon polisi serta memanggil para pemadam kebakaran,”
“Apa tante melihat orang yang sedang berlari…atau orang-orang mencurigakan?”
“Tidak….makannya saya takut sekali…apalagi kalau benar seperti yang dikatakan para Policy-Bo…” ujar wanita setengah baya itu gemetar.
“Ya udahlah tante…sekarang tante istirahat dulu, maaf lho ganggu…tapi saya mau memotret ruangan ini kembali…”
“Silahkan nak…silahkan…saya percaya kamu pencari berita yang baik, walaupun saya belum pernah baca artikelmu di NewInNews, tapi tolong ungkap kasus ini, saya nggak mau ada Ven-Ven yang lainnya…”
Zha mengangguk takzim lalu mulai memotret sekeliling ruangan itu kembali. Sinar lampu Blitz yang menyakitkan mata kembali mengisi ruangan kosong itu. Jadi ini sejenis dengan 4 kasus-tak-terjawab…ini bisa jadi titik awal bagiku. Tak kusangka aku tinggal di Apartement yang akan didatangi oleh pelaku 4 kasus-tak-terjawab itu. Harapan baru memenuhi dada Zha.
Lampu blitz masih terus bergantian bersinar, seperti mesin fotocopy jadul yang sedang bekerja.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar