DUNIA YANG
LAIN
A
|
h…minggu yang indah, matahari ramah sekali…Zha
menarik nafasnya dalam-dalam, mencoba mengisi penuh paru-parunya dengan oksigen
segar yang tersebar di sepanjang perjalanannya.
Hari ini aku akan pergi ke perkampungan muslim
itu…rasanya nyaman juga ya menjadi orang free
yang nggak di kejar-kejar deadline
ucap hatinya pelan.
Kaki Zha mulai menapaki jalan yang mendekati
perkampungan muslim itu. Namun betapa terkejutnya ia ketika tiba disana.
“Ada apa…” gumamnya, perkampungan yang biasanya
ramai, kini yang dihadapannya seperti kota mati tak bepenghuni. Rumah-rumah
penduduk yang tertutup seakan menolak siapapun yang datang membuatnya terlihat
seperti benar-benar sebuah kota mati.
Aduh, tanggung…lagian perutku sudah lapar
nih…ucapnya dalam hati. Dengan modal nekat Zha menyelusuri jalanan desa. Kadang
ia berjalan di pasir, kadang di tanahnya, tapi terkadang ia juga melalui
bebatuan dan aspalnya. Kata Charlotte, perkampungan ini cermin dari kehidupan
seabad yang lalu.
“Perkampungan
muslim itu hanya berisi orang-orang purba yang tidak mau maju!!” ujar Charlotte sinis, ketika Zha bertanya
tentangnya.
“Buat apa
kesana anak bodoh ?!! Disana berisi orang barbar!! Seabad yang lalu dunia
gempar karena ulah beberapa kelompok barbar mereka !! Kau mau mati?!!” lain waktu Charlotte malah menaluti-nakuti Zha
dengan ceritanya tersebut.
“Mana
yang kau percaya?! Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi?! Atau Artefak aneh beserta
keajaibannya ?! Ketika kau membutuhkan bantuan?!!” Tanya Charlotte galak.
“Ilmu
pengetahuan dan Tekhnologi…” Ujar
Zha kecil yang polos.
Lalu terukir
senyuman kemenangan yang mengerikan dari mulut besi cy-bo milik ibunya
tersebut.
Memang benar, sedari kecil, Charlotte berusaha
membuat citra yang buruk para penduduk muslim di mata Zha. Setiap Zha kecil
nakal, Charlotte mulai bercerita tentang para ‘bar-bar’ itu, yang tentu saja
diberi bumbu agar Zha takut.
Tapi, bila melihat kehidupan yang damai di
pemukiman itu setiap naik AirTrans,
pikiran seram tentang para muslim itu menghilang begitu saja.
Ekor mata Zha menangkap, Food Court di pinggir jalan yang memancangkan tulisan ‘Open’
di depan pintu kacanya.
Sambil berusaha menahan air liur yang hendak
menetes, Zha melangkahkan kakinya kearah Food
Court itu. Harum…gumamnya, ia mulai mengagumi kebun bunga disekelilingnya.
Berpuluh warna menyatu membuat gradasi warna yang indah, belum lagi semerbak
harum yang mewangi…hmm…
Zha mengetuk pintu kaca yang gelap tersebut.
“Permisi…”
Tak ada jawaban.
“Permisi…anybody
here…?” ulangnya
Zha masih tak mendengar jawaban dari dalam sana.
Aduh, gimana nih, mau terus apa pulang…tapi…kalau pulang pasti aku nggak kuat,
ya udah lah, udah terlanjut nekat kok, ujarnya dalam hati memastikan
perbuatannya tak akan menyulitkannya.
“Permisi…” ucap Zha sambil membuka pintu Resto
mini tersebut.
Zha menatap ruangan disekelilingnya, wow, walaupun
semuanya dikendalikan oleh komputer, tapi gambar 4D air terjun yang mengalir
beserta suara air yang jatuh, dan harum alam bebas, serta sejuknya angin yang
berhembus, hampir saja membuatnya lupa kalau ia sedang berada di sebuah ruangan
tertutup sekarang.
“Assalalammu’alaikum…!!” tegur seseorang dari
belakangnya sambil menepuk bahunya.
Zha hampir saja terloncat karena kaget. Ia
membalikkan tubuhnya cepat. Di depannya berdiri sosok wanita berbaju panjang, dengan
rok lebar menutupi separuh badannya, ditambah lagi kerudung hijau yang
dipakainya yang membuatnya begitu.... ramai..., sedang tersenyum ramah padanya.
“Ma…ma’af…saya…saya mau beli makanan…” ujar Zha
gugup.
“Baik, kalau gitu silahkan duduk, akan saya
ambilkan daftar menunya…”
“Ng… tidak usah, saya hanya ingin makan NüBredz…” ujar Zha berusaha tersenyum
menghilangkan kekikkukannya.
Wanita berkerudung itu tersenyum penuh makna.
“Maaf kami tidak menjual makanan seperti itu…”
Haaah?! Ga’
jualan NüBredz?! Yang bener aja, NüBredz
itu kan penyebarannya universal, lagian itu kan makanan pokok hampir
orang-orang sedunia. Ng…maksudku orang-orang sibuk ralat Zha pada dirinya
sendiri.
“Karena kami tidak biasa memakannya, maaf ya nona,
mungkin saya bisa menyediakan sepiring nasi goreng untuk anda…”
Apa katanya tadi? Makanan apa lagi itu?
Jangan-jangan Charlotte benar lagi, jangan-jangan mereka mau membunuhku…hati
Zha berkata was-was.
“Tenang, tidak beracun kok, mau minum apa?” ujar
wanita berkerudung itu seakan tahu apa yang ada di dalam hati Zha.
“Ng… healthy
Juice-Grape, adakan…?”
***
“Waaah, baru kali ini makan selezat ini…hmm…kenapa
aku tak pernah tahu ada Food Court yang menjual makanan selezat ini ya..? hmm...enak
banget!!!” Ujar Zha setelah menghabiskan nasi goreng miliknya.
Wanita berkerudung itu hanya tersenyum mendengar
perkataan Zha.
“Ini kali pertama nona makan nasi goreng?”
“Yeah…this is my first time!! Oya, namaku Zha,
dari SunScale, siapa namamu?”
“Nama saya Salsabilla, tapi panggil saja saya
Salsa..selamat datang di Al-Azhar city, pemukiman warga muslim…” Ujar teman
barunya menjabat tangan Zha.
“O…Salsa ya…” ucap Zha sambil tersenyum.
“Maaf, jika hari ini banyak warga kami yang tidak
berkenan atas kedatangan orang luar…”
“Maksudmu aku?”
“Tidak…bukan…bukan hanya kau, tapi semua penduduk
dari NewWell…”
“Aku nggak ngerti…?”
“Tiga hari yang lalu…”
***
Zha terpaku melihat pengumuman dari pemerintah
yang ditulis memakai font super gede. Ia teringat cerita Salsa, teman barunya.
“…Entah kenapa, ia kembali dari NewWell dengan
muka sudah babak belur dan baju compang-camping. Ternyata para pemuda NewWell
town, memukulinya karena dia adalah seorang warga muslim…dan entah kenapa juga
pemerintah menyebarkan isu bahwa peristiwa-peristiwa aneh itu kami yang
mendalanginya…benar-benar sikap diskriminasi yang disesalkan. Di papan
pengumuman depan masjid Al Ikhlas sudah ditempel nama orang-orang yang
dicurigai sebagai pelaku kejadian-kejadian misterius itu,”
Tapi, apa benar para muslim ini pelakunya? Hatinya
bertanya tak percaya saat membaca pengumuman beratas namakan pemerintah kota
NewWell tersebut.
***
Hari sudah mulai gelap. Memang sih, pada dasarnya,
NewWell town itu tidak pernah sepi, ketika malam tiba, para pebisnis Club malam
mulai beraksi dan saling bersaing. Menghentak keheningan malam dengan musik
keras yang membuat pendengarnya menggoyangkan anggota badannya. Tapi sayangnya
Charlotte sudah bilang, kalau pulang terlalu malam, maka tak ada makan malam
untuk Zha, apa boleh buat, jadi Zha harus pulang sebelum gelap.
Telinga Zha menangkap suara-suara aneh dari gang
kecil di samping kirinya.
“Kalian pikir, kalian ini siapaku?! Bisa-bisanya
mengatur hidupku seenaknya!!”
“Memangnya kau mau hidup seperti ini terus, kau
mau jadi seorang penjahat?”
Orang yang ditanya hanya diam mendengar pertanyaan
lawannya tersebut.
“Ayolah Ling, kami hanya mau membantumu, toh ini
juga demi kebaikan kita…” ujar lawannya memohon.
“Tentu saja…tentu saja aku mau jadi seorang
penjahat…apabila hanya itulah jalan keluar dari hal ini…”
“Ling…”
Zha mencoba mengintip. Seru banget…liat bentar
nggak ada salahnya kan? Ujarnya sedikit senang bercampur tegang.
“Ling, kalau itu maumu…baiklah…”
Bhuuzzz!! Mata Zha sedikit perih ketika angin
kencang bercampur debu datang secara tiba-tiba. Namun, itu belum seberapa
ketika ia melihat apa yang ada di hadapannya.
“Kalau itu jalan satu-satunya aku terima…” ujar
orang yang dipanggil Ling itu dingin.
Lalu…Bhuuzzz!! Suara angin itu lagi, kali ini Zha
berusaha agar kacamatanya tidak dimasuki debu lagi.
Zha menutup mulutnya ngeri, ketika angin itu tiba,
orang yang dipanggil Ling itu berubah secara bertahap. Dan kini, kulitnya bukan
lagi berwarna putih kecoklat-coklatan, melainkan hijau…seperti dedaunan.
Sedangkan lawannya, sudah menunggunya dengan wajah setengah hewan buas, atau
tepatnya lagi serigala. Lawannya walaupun tidak seluruh wajahnya menyerupai serigala,
tapi bentuk rambut dan taringnya-lah yang meyakinkan Zha kalau itu adalah
kepala seekor serigala.
Tiba-tiba si kepala serigala menyerang, menggigit
tangan Ling yang sudah berubah. Ling meraung kesakitan, darah mengalir dari
ujung pergelangan tangannya, menetes membasahai lantai di bawahnya.
Tiba-tiba saja manusia hijau…maksudnya Ling,
mengehentakkan kakinya, dan melambung tinggi bagai dilontarkan keudara.
Ternyata, kaki Ling berubah menjadi seperti daun lontar yang panjang dan besar,
sehingga bisa membuatnya melambung ± 2 m dari permukaan tanah. Dengan gesit, Ling
merubah tangan kanannya menjadi segerombol akar berwarna hijau pekat dengan
duri tajam dan ujung akar yang lancip, mengulur cepat kearah lawannya, namun
lawannya dapat menghindar dengan cepat. Sehingga serangan Ling meleset,
mengenai tong sampah yang ada di belakang lawannya. Prang!!! Kotak sampah tua
itu penyok dan bolong pada diameter tengahnya.
Pertarungan semakin seru ketika keduanya mulai saling
memukul dan membalas, darah mulai terciprat dimana-mana, namun anehnya darah
yang keluar seperti menguap, hilang begitu saja.
Semakin lama, pertarungan itu semakin memanas, Zha
terduduk penuh ketakutan di pojok koridor dekat gang itu.
Zha merasa tidak kuat lagi melihat pertarungan
yang menyeramkan itu. Ia berusaha berdiri, walaupun terhuyung. Kakinya menapaki
jalanan mundur. Dan Praaang…!!! Tak sengaja, kakinya menyenggol tutup kotak
sampah yang tergeletak dibelakangnya.
Zha menarik nafas dan menutup mulutnya ketakutan.
Zha mencoba mengeluarkan nafasnya sepelan mungkin agar tak terdengar oleh kedua
monster itu. Ia melirik ke arena pertarungan itu kembali. Kosong…kemana 2 orang
itu? Tanyanya dalam hati.
“Kau mencariku? nona tukang intip?!”
Zha merasakan seolah-olah beribu jarum kecil dan
tajam menusuki dadanya yang sesak karena oksigen yang tertahan. Zha memutar
badannya perlahan. Dan raut ketakutan mulai terukir di wajah cantiknya.
“Waaaaaaaaaaaa…!” teriaknya
ditengah ramainya malam ala NewWell.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar