Suasana di ruangan itu begitu menegangkan. Semua mata menatap lurus ke arah layar flat besar berisikan ribuan angka dan huruf tersebut. Mereka yang ada di ruangan itu yakin, diakhir cerita, sang layar akan menunjukkan sekaligus menggulingkan dominasi yang selama beberapa abad lalu sempat membuat kaum mereka sangat terhina.
75 % on request... tulisan yang begitu besar tiba-tiba muncul di deretan angka yang terus bergerak ke bawah.
Semua orang menahan nafas saking tegangnya.
85%...
92%...
Keira tersenyum penuh kemenangan melihat perolehan angka prosentase yang terus meningkat. Dia menarik nafas dalam-dalam. Please welcome, to The New World Order! Ujarnya dalam hati penuh kemenangan tapat saat layar itu menuliskan 100% Succes!. Tepuk tangan membahana, semua yang ada diruangan itu saling berpelukan, melepas tangis haru. Sebaliknya, di balik ruangan panas berpenyekat, sekelompok kecil pria mulai gelisah mendengar gemuruh kebahagiaan di balik sekat itu. Apakah project berbahaya itu berhasil?!.
***
�"Kaila, ini gawat! Ini bahaya Kaila, exFem berhasil menemukan komponen terlarang itu! Apa yang harus kita lakukan?"
Tangan Nabilla bergetar hebat saat mengulurkan kertas yang baru saja diambilnya dari kantor.
Yang dipanggil Kaila hanya tersenyum lembut.
�"Jangan panik . Alloh pasti menolong hamba-hambaNya, selalu ada 2 kemudahan diantara sebuah kesulitan, percayalah Nabilla," ujar Kaila kemudian, lembut menenangkan. Nabilla menghela nafasnya sambil mengangguk. Harus ditemukan caranya, apapun. Atau dunia akan kacau, katanya dalam hati.
***
Di tahun 2776, tidak ada lagi perang yang terjadi di bumi. Tidak ada lagi pembeda antara pria dan wanita. Genderisasi dihapuskan secara total. Undang-undang perkawinan sejenis dan bahkan campuran menjadi legal disemua benua.
Semua itu terjadi karena dunia yang sudah dikuasai oleh kalangan Feminis intelektual. Emansipasi selalu menjadi pijakan dalam setiap pembuatan keputusan yang bersifat general.
Tidak ada lagi wanita dijajah pria. Yang terjadi sebaliknya, kaum feminis cerdas itu justru menguasai setiap sektor kehidupan. Populasi kaum pria yang semakin menyusut semakin menyudutkan mereka untuk semakin disingkirkan dari persaingan hidup baik secaara langsung ataupun tidak. Pria selalu dipandang sebelah mata dan menjadi biang masalah, semakin membuat mereka susah mendapatkan hak-hak mereka sebagai manusia.
Dalam situasi yang sangat tidak menguntungkan bagi pria seperti itu, ada 1 kelompok yang masih bisa menghargai hak-hak mereka sebagaimana mestinya. Kelompok yang tidak menganut ajaran feminis ekstreem seperti kebanyakan masyarakat saat itu.
Kelompok beridealisme agama tersebut menjadi satu-satunya kelompok yang bertahan melawan arus feminisme. Akibatnya, mereka senantiasa mendapatkan teror dari masyarakat umum.
Kini kelompok tersebut semakin terpojok dengan adanya wacana �Pemurnian�. Dimana kelompok Feminis ekstreem beserta lembaga penelitiannya, berhasil menemukan formula untuk merekayasa sel hingga ke tingkat kromosom.
Yang dimaksud dengan pemurnian adalah, rekayasa genetika dimana kromosom X menjadi kromosom yang dominan dan tunggal, sehingga meningkatkan populasi wanita di didunia.
Sebenarnya wacana ini mengalami perdebatan selama beberapa dekade, karena dengan dilaksanakannya program ini maka akan semakin memperkecil populasi pria. Namun Keira, pemimpin senior project ini menyanggupi untuk merekayasa DNA sehingga para pasangan sejenispun dapat memperoleh keturunan. Dan Keira berhasil menepati janjinya.
100 serum berisi kromosom dan DNA yang sudah direkayasa kabarnya siap untuk di ujicobakan pada para relawan.
***
Keira gelisah. Semenjak penelitiannya membuahkan hasil yang menggembirakan, entah kenapa dia tidak pernah bisa tenang. Bukankah seharusnya ia bahagia?. Dengan begitu, dia akan memperoleh banyak dan lebih banyak lagi penghargaan. Tapi kenapa dia sangat gelisah? Kenapa?.
Tiba-tiba Keira teringat kakak kembarnya. Satu-satunya saudara yang dia punya. Sayang, kondisi memisahkan mereka berdua. Kabar yang diperolehnya, sang kakak kini malah aktif di Organisasi yang terang-terangan menentang banyak kebijakan nasional. Jelas sangat tidak menguntungkannya bila dia mengakui ada tali persaudaraan antara mereka berdua.
Lamunannya akan sang kakak tiba-tiba terpotong oleh suara Locom miliknya. Bukan ID yang dikenalnya, saat LCD multitouch transparan itu berpendar menampakkan ID asing.
"Halo.." jawabnya pelan sambil terus menatap layar transparan yang mulai menunjukkan lokasi asal ID asing itu.
"Assalammu'alaikum Keira, ini aku Kaila,"
Mata Keira terbelalak mendengar suara itu. Satelit sepertinya sudah berhasil menemukan lokasi dan merekam sang penelpon. Dia kenal wajah di layar Locomnya. Wajah teduh yang berselimutkan kain primitif bernama kerudung itu tersenyum kearahnya seolah-olah tahu, bahwa ia sedang dimata-matai oleh satelit. Orang itu, kakak kembarnya lengkap dengan kursi rodanya yang sudah hampir 18 tahun tidak bertemu. Kakak kembarnya, Kaila.
***
Laboratorium masih sepi. Terlalu pagi untuk para peneliti muda itu datang bekerja. Keira yang memang mendapatkan akses khusus, melenggang masuk kedalam laboratorium tempatnya bekerja. Matanya sembab.
Saat memasuki ruangan kerjanya, ditatapnya tumpukan kertas hasil kerjanya hampir 2 dekade. Tumpukan kertas yang pada akhirnya melahirkan 100 serum yang sangat berharga. Namun itu semua menjadi tidak ada artinya sekarang.
Ia merasa dunia berputar. Mulutnya mulai menceracau tidak jelas. Pelan tapi pasti ia melangkah, menuju kearah 100 serum yang tersusun rapi dalam kotak kaca kedap udara.
"Bahkan aku sendiri nggak pernah tahu, untuk apa aku begitu ngotot menciptakanmu...kau tahu, aku bukan tuhan... harusnya yang kuciptakan bukan serum brengsek sepertimu, dasar benda tak berguna!" ceracaunya dengan nada yang semakin meninggi, dilemparnya kaca kedap udara itu kelantai. Bunyi kaca yang hancur berkeping membahana di ruang kerjanya. Air mata Keira kembali berlinang.
Langkahnya kini menuju tumpukan kertas, dia menuangkan larutan asam di tumpukan kertasnya yang menimbulkan suara mendesis dan bau yang menyengat. Tidak puas, Keira mulai menyulut api. Api itu mulai membesar, menjilati ruangan kerja Keira. Menyebabkan raungan alarm berbunyi nyaring. Keira mulai merasakan api menjilati tubuhnya.
"Aku datang Ummi, Abi, Kaila..."� gumamnya sambil tersenyum.
***
4 jam sebelumnya..
"Apa anda yang bernama Keira?" tanya perawat saat ia memasuki ruangan serba putih itu. Keira mengangguk cemas.
"Kalau begitu ikut kami.." Sang perawat mempersilahkan Keira untuk masuk dan mengikuti lorong kecil tempat Kaila berada.
"Ini kamar ibu Kaila, silahkan anda masuk, sebelumnya harap pastikan anda steril dari kuman.."
Keira tak menggubris ucapan perawat berikutnya. Saat ini dikepalanya hanya ada kakak kembarnya Kaila.
Keira melangkahkan kakinya perlahan, di ujung ruangan, sang kakak terbaring lemah dengan puluhan alat bantu �hidup� yang menempel ditubuhnya.
"Kei..." gumam Kaila lemah saat tahu Keira datang. Keira tidak bisa membendung air mata sedihnya. Dia bergegas masuk dan menggenggam tangan kembarannya itu.
"Ila, aku disini...kamu pasti bisa Ila...pasti.." ujarnya berurai air mata.
"Kei, aku rindu kamu.." suara itu terdengar terbata-bata.
"Aku juga La, aku juga kangen sama kamu..."
"Kei, sebelum aku benar-benar pergi, aku ingin kamu tahu sesuatu..."
"Jangan berkata seperti itu Ila, aku tahu kamu bisa dan pasti bisa..." jawab Keira menahan sedihnya
"Kei, aku tahu, semua apa yang kamu lakukan selama ini...disebabkan oleh masa lalumu, tapi Kei, percayalah Kei, laki-laki tidak seburuk itu...walaupun secara fakta ada banyak lelaki buruk, tapi tidak semua kan Kei.."
Mata Keira terpejam mendengar ucapan kakak kembarnya. Kenangan masa kecilnya kembali terngiang. Memecut api kemarahannya akan sosok pria.
"Ila, aku sedang tidak mau membicarakan itu...sekarang kita fokus saja dengan penyembuhanmu ya.." jawab Keira dingin.
"Nggak Kei, aku sengaja memanggilmu karena aku ingin membicarakan ini, Kei sayang, percaya padaku, apa yang kamu lakukan ini akan sia-sia, kamu bukan tuhan. Kamu bukan penentu masa depan. Berhentilah Kei, jadilah Kei yang dulu..
Aku rindu Kei yang dulu. Kei, kamu harus tahu kenapa aku menyebut bahwa apa yang kamu lakukan akan berbuah sia-sia? Kamu tahu Kei, sistem feminisme yang berlebihan ini sebenarnya malah semakin menjajah wanita dan meletakkan wanita di tempat yang tidak proporsional. Karena gaung emansipasi yang berlebihan ini pula, banyak anak-anak yang harus lupa dengan wajah ibu kandungnya sendiri saking seringnya berkomunikasi dengan hologram ibunya daripada sang ibu yang lebih memilih bekerja. Kamu tahu Kei, di benua dengan negara-negara berkembang seperti Asia dan Afrika, feminisme mu ini bertanggung jawab akan banyaknya kecelakaan kerja dan penganiayaan terhadap kaum kita. Kenapa? Karena jumlah populasi pria yang semakin mengecil, menyebabkan wanita mau tidak mau harus bekerja layaknya seorang pria. Apa itu yang disebut mensejahterakan kaum kita?. Kei, sebenarnya aku juga seorang feminis, sama sepertimu. Tapi aku merasa kebijakan universal tentang emansipasi itu malah justru mengekangku dan menjajahku. Feminis sejati adalah seorang Muslimah Kei. Seperti Ummi kita.."
"Maksudmu, peraturan bodoh tentang poligami? Tentang menutup aurat? Tentang takdir wanita semenjak lahir sampai besar yang hanya menjadi mesin-pencetak-anak? Ila, aku sungguh-sungguh tidak menyukai pembicaraan ini, lebih baik kita hentikan sekarang," Jawab Keira penuh emosi.
"Kamu salah Kei. Jangan melihat sesuatu hanya dari satu titik sudut saja. Lihatlah secara menyeluruh, Islamlah yang menyelamatkan wanita dan meletakkan posisi wanita secara proporsional. Alloh tahu, wanita berperan penting untuk kehidupan. Wanita itu istimewa, dan memang diperlakukan istimewa. Islam memperlakukan wanita dengan sangat istimewa. Kei...aku sayang kamu...bukalah matamu, tidak ada untungnya kau meneruskan proyekmu itu. Kun fayakun, adalah kalimat ajaib dariNya yang tak satu makhlupun mampu menghalangi-halanginya...kamu bukan tuhan adikku...aku..."
Kalimat Kaila terputus tiba-tiba. Kaila terpejam, bibirnya bergumam melafazkan nama tuhannya. Lalu, mesin itu berbunyi nyaring. Kaila telah tiada. Tinggal Keira yang tergugu menatap saudari kembarnya yang telah pergi untuk selamanya. Kata-kata terakhir kakaknya sangat menamparnya keras-keras.
Tiba-tiba Keira merasa apa yang dia lakukan selama ini sia-sia. Kepalanya berpikir dan terus berpikir. Hingga akhirnya dia bangkit dan pergi dengan mata sembab meninggalkan rumah sakit. Satu tujuannya, laboratorium tempatnya bekerja.
-selesai-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar